Di dunia Panem yang distopia, enam puluh empat tahun sebelum peristiwa The Hunger Games yang terkenal, Coriolanus Snow, seorang pemuda dari keluarga terpandang yang kini jatuh miskin, mendapat kesempatan langka untuk mengubah nasibnya. Dia terpilih sebagai mentor untuk Lucy Gray Baird, seorang tribut wanita pemberontak dari Distrik 12, dalam Hunger Games ke-10.
Coriolanus awalnya meremehkan Lucy Gray, menganggapnya sebagai gadis desa yang tidak memiliki bakat untuk bertahan di arena maut. Namun, seiring berlalunya waktu, dia mulai terkesan dengan semangat dan kepribadian Lucy Gray yang tak kenal takut. Dia menyadari bahwa gadis ini bisa menjadi kunci untuk mendapatkan kembali kehormatan keluarganya dan mengamankan masa depannya sendiri.
Coriolanus memutuskan untuk membantu Lucy Gray dengan segala cara yang dia bisa, bahkan jika itu berarti melanggar aturan Hunger Games. Dia melatihnya untuk menggunakan keterampilannya dan menciptakan strategi untuk bertahan hidup di arena. Dia juga mengajari Lucy Gray tentang pentingnya manipulasi dan presentasi, karena dia tahu bahwa memenangkan hati penonton sama pentingnya dengan mengalahkan tribut lain.
Hubungan antara Coriolanus dan Lucy Gray tumbuh semakin kompleks dan intens. Mereka mulai saling mengandalkan satu sama lain, dan Coriolanus menemukan dirinya tertarik pada Lucy Gray yang pemberontak dan mandiri. Namun, dia tahu bahwa dia harus tetap berhati-hati, karena hubungan antara mentor dan tribut dilarang keras.
Ketika Hunger Games dimulai, Lucy Gray dengan cepat menjadi salah satu tribut yang paling populer dan dicintai. Dia menggunakan suaranya yang merdu untuk menyanyikan lagu-lagu pemberontakan, dan dia tidak takut untuk menantang kekuasaan Capitol. Coriolanus menemukan dirinya terjebak dalam dilema yang menyakitkan: dia harus memilih antara menyelamatkan Lucy Gray dan mengamankan masa depannya sendiri.
